Ekonomi

Harga CPO Nyungsep 0,67 Persen 

JAKARTA-Harga minyak mentah kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) pada perdagangan hari ini, Senin, 8 April 2019 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange untuk acuan kontrak Juni, nyungsep 0,67 persen ke posisi MYR 2.209 per-ton. Dengan demikian harga komoditas unggulan Indonesia dan Malaysia tergelincir ke zona merah. 

Merosotnya harga CPO ini, dipicu melemahnya harga minyak kedelai yang terpuruk ke posisi 0,62 persen di posisi 0,28 Dolar AS per-pon untuk kontrak Mei di Bursa Chicago Board of Trade (CBOT). Minyak kedelai di pasar minyak nabati global adalah saingan dari minyak sawit. Ini jugalah yang membuat pergerakan harga keduanya saling memberikan pengaruh.

Selain itu, melemahnya CPO juga terpengaruh melemahnya Ringgit terhadap pergerakan dolar AS. Pada pukul 15:45 WIB, ringgit melemah hingga 0,2% terhadap dolar dan membuat harga CPO akan relatif lebih murah bagi pemegang mata uang lain. Alhasil, CPO memiliki daya tarik tambahan di mata investor.

"Pasar melemah karena ada koreksi teknikal setelah terjadi jenuh beli. Namun Ringgit yang melemah bisa membatasi pelemahan," ujar pialang yang berbasis di Kuala Lumpur, mengutip Reuters.

Aksi ambil untung juga diyakini ikut berperan dalam menarik harga CPO ke bawah. Penguatan harga yang telah terjadi selama 5 hari tentu saja membuat investor bersemangat untuk mengamankan keuntungan.

Kini pelaku pasar menantikan rilis data perkembangan produksi, ekspor, dan stok sawit Malaysia yang akan dibacakan oleh Malaysia Palm Oil Board (MPOB) pada hari Rabu, 10 April 2019 mendatang.

Sebab pada pekan lalu, pasar menjadi bullish atas harapan inventori minyak sawit Negeri Jiran yang dapat dikurangi pada bulan Maret.

Tiga surveyor kargo (Intertek Testing Services, AmSpec Agri Malaysia, dan Societe Generale de Survelliance) mengatakan bahwa ekspor minyak sawit Malaysia pada bulan Maret meningkat lebih dari 20% dibanding bulan sebelumnya. Menandakan permintaan masih tetap sehat.

Harapan kian membuncah kala sebuah survei yang dilakukan Reuters memprediksi stok minyak sawit Malaysia pada bulan Maret akan turun sebesar 6,4% menjadi 2,85 juta ton dibanding bulan Februari yang sebesar 3,05 juta ton. Perkiraan tersebut berdasarkan survei yang dilakukan kepada beberapa pelaku industri seperti petani, pialang, dan analis.

Dengan begitu rilis data resmi MPOB menjadi penentu arah pergerakan harga ke depannya. Bila benar stok berkurang sesuai prediksi, maka harga CPO memiliki kesempatan yang besar untuk kembali menanjak. Namun jika kenyataannya di bawah ekspektasi, koreksi harga akan sulit untuk dihindari.(rdh/net)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar